Fuadah, 13 April 2022- Siapa yang tidak kenal sosok K.H. Abdurrohman Wahid yang lebih akrab disapa dengan Gus Dur. Selain pernah menjabat sebagai Presiden ketiga Indonesia, pemikirannya yang terkenal konsisten membela kaum minoritas menjadikannya sosok yang dikenal tidak hanya oleh masyarakat Muslim, melainkan seluruh lapisan masyarakat. Pemikiran-pemikiran Gus Dur ini dirawat dan dilanjutkan oleh putri-putrinya melalui The Wahid Institute dan Jaringan Gusdurian yang telah tersebar di seluruh Indonesia.
Terkenal sebagai Bapak Pluralisme, menjadikan pemikiran Gus Dur salah satu inspirasi dan sumber dalam merawat keragaman dalam satu wadah persatuan. Dari spirit inilah Fakultas Ushuluddin, Adab dan Humaniora berinisiatif mendirikan Gus Dur Corner guna merawat pemikiran yang seharusnya dilestarikan itu. Rabu kemaren, menjadi hari bersejarah diresmikannya Gus Dur Corner Fakultas Ushuluddin, Adab dan Humaniora yang diketuai oleh Yassirly Amrona Rosyada, M.P.I. Hadir dalam peresmian ini H. Sholahuddin, S.Pd., M.Pd. dari BDK Semarang, Jay Ahmad, S.Fil., Koordinator Sekretariat Nasional Jaringan Gusdurian, K.H Ahmad Bahruddin, S.Pd.I., Ketua Komunitas Belajar Qoryah Thoyyibah Kalibening, serta perwakilan jaringan Gusdurian Yogyakarta dan Salatiga.
Dalam sambutannya Jay Akhmad menyambut baik didirikannya Gus Dur Corner di Salatiga yang mana kota ini memiliki ikatan khusus karena ada dhurriyah Gus Dur di kota ini. Persemian dilakukan dengan pemotongan pita oleh H. Sholahuddin, S.Pd., M.Pd. dan beliau menutup acara peresmian dengan berpesan untuk menjaga Gus Dur Corner ini tidak hanya sampai pada berdirinya fasilitas ruangan, tetapi kegiatan-kegiatan diskusi harus tetap hidup karena disitulah esensinya. Serangkaian persemian ini dilanjutkan dengan acara Sarasehan dengan tema Pluralisme dan Dakwah Kontekstual ala Gus Dur di Masjid Ath-Thayyar Kampus 2 IAIN Salatiga.
Bertindak sebagai narasumber, hadir Jay Akhmad, S.Fil, dan K.H. Ahmad Bahruddin, S.Pd.I., dan dimoderatori oleh Fairuz Kadomi, S.Ag. Sebagai narasumber pertama, K.H. Bahruddin menyatakan bahwa konsep pemikiran Gus Dur erat kaitannya dengan pendidikan kritis dan konsep universal. Pluralisme ala Gus Dur adalah wujud dari kebebasan berfikir, bertindak dan anti dominasi dari sisi agama, sosial dan budaya. Segala hal tentang konsep pluralisme ala Gus Dur ini merupakan pengejawentahan dari sisi Islam yang ramah, kebenaran yang universal, serta perjuangan yang sesuai dengan semangat masyarakat itu sendiri.
Jay Akhmad melanjutkan diskusi dengan memaparkan tentang pluralisme dan dakwah konteksual ala Gus Dur yang erat kaitannya dengan kondisi budaya dan kultur masyarakat Indonesia yang multi etnis. Beliau menuturkan bahwa konsep dari pluralisme dan dakwah kontekstual ala Gus Dur sebetulnya sederhana, yakni “yang sama jangan dibeda-bedakan, sedangkan yang berbeda jangan disama-samakan”. Pluralisme ala Gus Dur itu adalah sikap keterbukaan kita terhadap masyarakat sekitar, dan kepekaan kita terhadap sesama manusia ciptaan Tuhan.
Acara sarasehan juga dihadiri oleh perwakilan pimpinan Pondok Pesantren se-Salatiga, Forum Komunikasi Umat Beragama, Pimpinan Daerah Muhammadiyyah, PCNU Salatiga, Persemaian Cinta Kemanusiaan, Fakultas Teologi UKSW, Dinas Kebudayaan dan Pariwisata, Gusdurian Salatiga, Pemerhati Makam Mbah Wahid Salatiga, dan Kemenag Kota Salatiga. Acara ini mendapatkan sambutan baik dari semua kalangan, bahkan Tholiman Fatih selaku Dosen di bidang Teolog, Kemanusiaan, dan KeIndonesiaan Universitas Kristen Satyawacana (UKSW) juga menginginkan bahwa Gus Dur Corner dibentuk di UKSW dikarenakan banyak pembahasan dan diskursus yang nantinya akan mengembangkan kultur akademik yang produktif mengingat terdapat keseralasan dalam hal akademik dan ilmu pengetahuan.{red}