Salatiga, 21 November 2024 – Fakultas Ushuluddin, Adab, dan Humaniora (FUADAH) Universitas Islam Negeri (UIN) Salatiga kembali menggelar kegiatan Ngaji Gus Dur Batch 10 pada Kamis, 21 November 2024. Acara yang berlangsung di Ruang Rapat FUADAH ini menghadirkan narasumber Pdt. Izak Yohan Matriks Lattu, Ph.D., seorang dosen program Magister dan Doktoral Sosiologi Agama Universitas Kristen Satya Wacana (UKSW), anggota Akademi Ilmu Pengetahuan Indonesia (AIPI), serta anggota Komisi Kebudayaan.
Dengan tema Cultural Turn dan Studi Agama ala Gus Dur, kegiatan ini diikuti oleh para dosen dan mahasiswa FUADAH UIN Salatiga. Tema tersebut mengangkat perspektif kebudayaan dalam memahami agama, sesuai dengan pemikiran inklusif dan pluralis almarhum Abdurrahman Wahid atau yang akrab dikenal sebagai Gus Dur.
Dalam paparannya, Pdt. Izak menjelaskan bagaimana pendekatan cultural turn menawarkan cara pandang yang segar terhadap studi agama. Ia menekankan bahwa agama sebaiknya dipahami tidak hanya sebagai dogma, tetapi juga sebagai fenomena budaya yang kompleks. “Gus Dur selalu mengajarkan bahwa agama harus membangun peradaban yang humanis, bukan menjadi alat pembenaran atas eksklusivisme,” ungkapnya.
Dekan FUADAH, Dr. Supardi, M.A., dalam sambutannya menyampaikan bahwa Ngaji Gus Dur merupakan program rutin fakultas untuk memperkuat pemahaman akademik yang berlandaskan nilai-nilai pluralisme dan keadilan sosial. “Harapannya, kegiatan ini dapat menjadi wadah bagi mahasiswa dan dosen untuk menggali lebih dalam pemikiran Gus Dur yang relevan dengan tantangan zaman,” ujar Dr. Supardi.
Para peserta terlihat antusias mengikuti jalannya diskusi. Salah satu mahasiswa FUADAH, Sayid, mengaku mendapatkan wawasan baru dari kajian ini. “Kita diajak untuk tidak hanya memandang agama secara tekstual, tetapi juga melihat bagaimana agama berinteraksi dengan budaya dan kehidupan sosial,” ujarnya.
Kegiatan Ngaji Gus Dur Batch 10 ditutup dengan sesi tanya jawab interaktif yang menggali lebih jauh penerapan cultural turn dalam berbagai konteks sosial dan keagamaan. Diharapkan, diskusi ini dapat menjadi inspirasi bagi para peserta untuk terus mengembangkan pemikiran kritis dan inklusif ala Gus Dur.