Langkah Awal HMPS Perpustakaan UIN Salatiga: Gelar Seminar Nasional Pertama Bertajuk “Menjawab Tantangan Revolusi Industri melalui Strategi Penguatan SDM dan Perencanaan Pengembangan Perpustakaan di Era Society 5.0”

Himpunan Mahasiswa Program Studi (HMPS) Perpustakaan dan Sains Informasi Universitas Islam Negeri (UIN) Salatiga gelar seminar nasional pertama, bertajuk “Menjawab tantangan revolusi industri melalui strategi penguatan SDM dan perencanaan pengembangan perpustakaan di era society 5.0” di Auditorium Student Center Prof. Dr. Achmadi Kampus 3 Universitas Islam Negeri (UIN) Salatiga, Kamis (18/9/2025).

Acara Gelar Wicara Nasional yang dihadiri sekitar kurang lebih 350 peserta dari kalangan Pustakawan, Masyarakat umum, dan Mahasiswa, dengan menghadirkan pemateri ternama, yaitu Prof. Dr. Nurdin, S.Ag., S.S., M.A. selaku Guru Besar Ilmu Perpustakaan UIN Sunan Kalijaga dan Itmamudin, S.S., M.IP Selaku Founder CV Pustaka Saintech dan Pengurus Daerah Ikatan Pustakawan Indonesia provinsi Jawa Tengah.

Ketua Pelaksana seminar Nasional, Abidin, menjelaskan alasan pemilihan tema ini karena dianggap relevan dengan kondisi zaman. Menurutnya, perkembangan teknologi yang pesat menuntut pustakawan untuk adaptif, sehingga penguatan SDM dan perencanaan pengembangan perpustakaan menjadi kunci.

“Tema ini kami pilih karena sesuai dengan kebutuhan sekarang. Dunia perpustakaan harus siap menjawab tantangan revolusi industri dan society 5.0 dengan strategi yang tepat,” ungkapnya.

Nurdin dalam penyampaiannya, menegaskan bahwa di era industri dan society 5.0, perpustakaan menghadapi tantangan besar untuk terus berinovasi. Pustakawan, menurutnya, tidak bisa berhenti belajar.

“Pustakawan harus siap belajar dan mengasah kemampuan baru secara berkelanjutan,” tegasnya.

Ia juga menyampaikan bahwa layanan perpustakaan tidak bisa lagi menggunakan cara lama, melainkan perlu direstorasi agar sesuai dengan kebutuhan zaman.

“Layanan perpustakaan tidak bisa dilakukan dengan cara lama, melainkan perlu direstorasi agar sesuai kebutuhan zaman,” jelas Nurdin.

Lebih lanjut, ia mengingatkan pentingnya budaya literasi yang harus terus digerakkan. Perpustakaan, menurutnya, bukan sekadar tempat penyimpanan buku, melainkan ruang hidup yang bisa memantik masyarakat menjadi lebih kritis dan melek informasi.

“Perpustakaan harus menghadap ke masa depan dengan sikap optimis, berani menjadi pionir, dan memberikan solusi di tengah perubahan zaman,” tambahnya.

Sementara itu, Itmamudin, menyoroti pentingnya pengembangan perpustakaan secara berkelanjutan agar tetap relevan di era society 5.0. Ia menyebut, pengembangan itu harus menyentuh aspek fisik maupun nonfisik.

“Pengembangan perpustakaan harus direncanakan dengan matang, meliputi aspek fisik seperti gedung, ruang baca, koleksi, teknologi, fasilitas, serta aspek nonfisik seperti layanan, sumber daya manusia, literasi digital, dan program-program inovatif,” paparnya.

Ia menekankan bahwa perencanaan tersebut tidak boleh berhenti pada teori, melainkan harus diikuti langkah nyata mulai dari analisis kebutuhan, perumusan visi-misi, penentuan prioritas, implementasi, hingga evaluasi.

“Pustakawan yang hebat akan melahirkan perpustakaan yang mantap. Jika pustakawan bisa berkarya maksimal, maka masyarakat juga akan makin berdaya,” pungkasnya. (Diana)