Salatiga, 16 September 2021, Program Studi Ilmu Hadis yang diketuai oleh Miftachurrif’ah Mahmud, M.Ag. mengadakan seminar internasional yang mengusung tema “Islamic Wasathiyah in the Prophetic Tradition”. Dalam seminar ini hadir Dr. Muntaha bin Artalim Zaim, Lc., MIRK., dosen di International Islamic University Malaysia dan Dr. Ahmad ‘Ubaydi Hasbillah, M.Hum. dosen Perguruan Tinggi Ilmu Al-Qur’an Jakarta. Acara ini dilakukan secara daring melalui zoom cloud meeting. Dibuka oleh Dr. M. Ghufron, M.Ag. yang mewakili dekan Fakultas Ushuluddin, Adab dan Humaniora. Beliau membuka acara dengan menjelaskan bahwa wasathiyah Islam adalah jargon yang didengungkan oleh IAIN Salatiga yang dikuatkan dengan dibentuknya center for wasathiyah di kampus ini. Seminar ini juga sejalan dengan mandat Kementerian Agama untuk membumikan moderasi beragama.
Mengawali materi, moderator yang kali ini dibawakan oleh Ahmad Darojat, S.Ag, memberikan waktu penyampaian materi pertama kepada Dr. Muntaha. Dalam pembukaannya, beliau menyebutkan bahwa sebagian besar umat Islam mempelajari Islam secara parsial. Hal ini memunculkan golongan yang terlalu santai dalam beragama, hingga yang terlalu ekstrim. Disinilah peran kita sebaikanya berada pada aliran tengah atau wasathiyah. Beliau menambahkan kalimat umatan wasathon banyak dibahas dalam hadis, salah satunya bahwa sesuai yang baik adalah yang berada di tengah, tidak israf maupun ifrath. Menutup materinya, beliau menegaskan bahwa Alquran dan Hadis adalah alat. Alat yg digunakan ulama dalam melakukan isinbath hukum. Dalam hukum, mereka yang selalu condong pada ayat-ayat tarhib dan wa’id maka mereka condong ke ekstrimis, sebaliknya yang selalu mengedepankan targhibnya maka akan condong ke menyepelekan, maka seimbang menjalankan keduanya itulah yang disebut wasathiyah.
Narasumber berikutnya yaitu Dr. Ahmad Ubaydi Hasbillah menyampaikan bahwa “Wasathiyah dalam Islam adalah asli, bukan mengada-ada. Bahkan wasathiyah adalah representasi dari Islam itu sendiri. Sehingga terjemahan moderasi pun tidak cukup menterjemahkan wasathiyah, hanya nilai kecil dari ajaran wasathiyah. Padanan yang tepat untuk wasathiyah yang paling tepat ya kata Islam itu sendiri”. Beliau menambahkan bahwa di Indonesia Pancasila inilah wujud manifestasi dan kaidah wasathiyah. Tradisi Indonesia pun mencerminkan nilai-nilai wasathiyah dengan berpegang pada nilai-nilai Pancasila. Dalam wasathiyah justru orang-orang nonmuslim tidak untuk dijauhi, melainkan untuk dirangkul, selama tidak melebihi batas dalam arti mengancam nyawa umat Islam sendiri.
Komentar positif muncul dari acara seminar ini, Dr. Irfan Helmi, Ketua center for wasathiyah IAIN SAlatiga mengucapkan “Jazakallah, Ustad Dr.Muntaha dan Dr. Ubeid atas materinya yang sangat lluar biasa” . Beliau juga menutup acara dengan Dr. Irfan helmy, salatiga menjadi jangkar untuk memperluaskan paham wasathiyah Islam. Dalam rangka menyuburkan moderasi beragama, IAIN Salatiga sebagai perguruan tinggi memiliki kewajiban untuk mengembangkan budaya kampus yang mencerminkan nilai-nilai wasathiyah Islam (Red)