MALAYSIA- Community Learning Center (CLC) Hanim di Malaysia kembali menunjukkan komitmennya dalam mendukung perkembangan siswa secara menyeluruh melalui program Motivasi dengan menghadirkan narasumber dari UIN Salatiga Indonesia. Baru-baru ini, CLC Hanim menghadirkan pemateri yakni Prof. Dr. Benny Ridwan, M.Hum. dan Prof. Dr. Miftahuddin, M.Ag yang fokus untuk memberikan motivasi dan dukungan emosional serta akademis kepada para siswa, guna membantu mereka menghadapi tantangan belajar dan kehidupan sehari-hari.
Kegiatan yang diselenggarakan pada hari kamis tanggal 16 Mei 2024 ini bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan emosional siswa dengan memberikan ruang bagi mereka untuk mengekspresikan perasaan dan mengelola stres. Selain itu, juga mendukung prestasi akademis melalui strategi belajar yang efektif dan motivasi yang berkelanjutan.
Prof. Benny dalam materinya di depan siswa CLC menyampaikan pentingnya menetapkan tujuan belajar yang realistis dan memotivasi mereka untuk mencapai potensi terbaik. “Kalian harus fokus belajar dan mengasah potensi terbaik, perbanyak membaca dan giat menuntut ilmu”, ungkapnya.

Pendekatan ini membuat siswa merasa lebih nyaman dan terbuka dalam berbagi pengalaman serta tantangan yang mereka hadapi. Salah satu siswa CLC Hanim menyatakan,
“Saya merasa lebih percaya diri dan tenang menghadapi masa depan setelah mengikuti sesi bimbingan ini. Pematerinya sangat memotivasi dan mengerti masalah kami dalam menuntut ilmu.”
Guru pembimbing juga mengapresiasi program ini, karena selain membantu siswa secara emosional, program ini juga berdampak positif pada peningkatan konsentrasi dan hasil belajar siswa. Dengan adanya pemateri motivasi belajar dan menuntut ilmu di CLC Hanim, diharapkan siswa tidak hanya berkembang secara akademis, tetapi juga menjadi pribadi yang lebih kuat secara emosional. Program ini menjadi contoh penting bagaimana pendidikan holistik dapat diterapkan untuk menciptakan lingkungan belajar yang sehat dan mendukung.
Perlu diketahui bahwa tidak semua anak buruh migran Indonesia di Negeri Sabah memiliki dokumen kependudukan resmi. Salah satu penyebabnya adalah banyaknya pernikahan yang tidak terdaftar di antara buruh migran Indonesia sehingga anak mereka pun tidak memiliki dokumen kependudukan sebagaimana yang dipersyaratkan oleh Pemerintah Malaysia. Alternatif bagi anak buruh migran yang tidak memiliki dokumen resmi ini adalah sekolah swasta yang biayanya tidak terjangkau oleh mereka. Hal inilah yang kemudian membuat banyak anak buruh migran Indonesia di Negeri Sabah tidak dapat mengakses pendidikan formal.
Untuk mengatasi masalah itu maka Pemerintah Indonesia dan Malaysia sepakat untuk membentuk Sekolah Indonesia Kota Kinabalu (SIKK) pada tahun 2008 sebagai ekstensi dari tanggung jawab Pemerintah Indonesia untuk memberikan hak pendidikan kepada anak buruh migran di Negeri Sabah.